Lahan
rawa gambut merupakan salah satu sumberdaya alam yang mempunyai fungsi
hidrologis dan fungsi lingkungan lainnya yang penting bagi kehidupan seluruh
mahkluk hidup (Wahyunto et al, 2005). Gambut mulai gencar dibicarakan orang
sejak sepuluh tahun terakhir, ketika dunia mulai menyadari bahwa sumberdaya
alam ini tidak hanya sekedar berfungsi sebagai pengatur hidrologi, sarana
konservasi keanekaragaman hayati, tempat budidaya dan sumber energi, tetapi
juga memiliki peran yang lebih besar lagi dalam perubahan iklim global karena
kemampuannya dalam menyerap dan menyimpan cadangan karbon dunia (Najiyati et
al, 2005).Secara
ekologis ekosistem hutan rawa gambut merupakan tempat pemijahan ikan yang ideal
selain menjadi habitat berbagai jenis satwa liar termasuk jenis-jenis endemik.
Dengan kata lain, hutan rawa gambut merupakan sumber daya biologis yang penting
yang dapat dimanfaatkan dan dikonservasi untuk memperoleh manfaat yang lestari.
Lahan gambut memiliki peranan hidrologis yang penting karena secara alami
berfungsi sebagai cadangan (reservoir) air dengan kapasitas yang sangat besar.
Jika tidak mengalami gangguan, lahan gambut dapat menyimpan air sebanyak 0,8 -
0,9 m3/m3. Dengan demikian lahan gambut dapat mengatur debit air pada musim
hujan dan musim kemarau.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui secara keseluruhan tentang pembentukan gambut
dan pemanfaatannya diAekNauli di Kec.dolok sanggul dan di Nagasaribu di Kec
.Lintong Nihuta
.1.3 Rumusan masalah
Adapun masalah-masalah yang dibahas
dalam makalah ini adalah:
v Apa
yang dimaksud dengan Gambut?
v Apa
saja komposisi dari Gambut?
v Daerah
penyebaran Gambut?
v Bagaimana
proses pembentukan dari Gambut di daerah kec.Dolok sanggul dan di daerah
Kec.Nagasaribu?
v Apa
perbedaan Gambut dan Batubara secara umum?
v Apa
manfaat dari Gambut di daerah kec.Dolok
sanggul dan di daerah Kec.Nagasaribu?
BAB
IIPEMBAHASAN
Gambut adalah jenis tanah yang terbentuk dari akumulasi sisa-sisa tumbuhan yang setengah membusuk; oleh sebab itu, kandungan bahan organiknya tinggi. Tanah yang terutama terbentuk di lahan-lahan basah ini disebut dalam bahasa Inggris sebagai peat; dan lahan-lahan bergambut di
berbagai belahan dunia dikenal dengan aneka nama. seperti bog, moor,muskeg, pocosin, mire,
dan lain-lain. Istilah gambut sendiri diserap dari bahasa daerah Banjar.Yang mana gambut
tersebut dapat berubah menjadi batubara dengan melewati beberapa tahapan.yang
mana pada setiap tahapan ada proses yang terjadi dan tergantung pada banyak factor.Sebagai bahan organik, gambut dapat
dimanfaatkan sebagai sumber energi. Volume
gambut di seluruh dunia diperkirakan sejumlah 4 trilyun m³, yang menutupi
wilayah sebesar kurang-lebih 3 juta km² atau sekitar 2%
luas daratan di dunia, dan mengandung potensi energi kira-kira 8 miliar terajoule. 2.1.1. Komposisi Gambut
Gambut
adalah sisa timbunan tumbuhan yang telah mati dan kemudian diuraikan oleh
bakteri anaerobic dan aerobic menjadi komponen yang lebih stabil. Selain zat
organic yang membentuk gambut terdapat juga zat anorganik dalam jumlah yang
kecil.Di lingkungan pengendapannya gambut ini selalu dalam keadaan
jenuh air (lebih dari 90%). Zat organic pembentuk gambut sama dengan tumbuhan
dalam perbandingan yang berlainan sesuai dengan tingkat bitumen (wak atau
resin), humus dan lain-lain. Komposisi zat organic ini tidak stabil tergantung
pada proses pembusukan, misalnya cellulose pada tingkat pembusukan dini (H1-H2)
sebanyak 15-20%, tetapi pada tingkat pembusukan lanjut (H9-H10)
hamper tidak ditemukan.
Sebaliknya
humus pada cellulose pada tingkat pembusukan dini terdapat 0-15%, sedangkan
pada gambut yang telah mengalami pelapukan yang lebih tinggi (H9-H10) mencapai
50-60%. Unsure-unsur pembentuk gambut sebagian besar terdiri dari karbon (C),
hydrogen (H), nitrogen (N) dan oksigen (O). selain unsure utama terdapat juga
unsure lain al, Si, S, P, Ca dll dalam bentuk lain terikat, tingkat pembusukan
pada gambut akan menaikan kadar karbon (C) dan menurunkan oksigen (O).Berdasarkan lingkungan tumbuh dan pengendapannya gambut di Indonesia
dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu :a. Gambut ombrogenus yang kandungan airnya hanya
berasal dari air hujan, gambut jenis ini dibentuk dalam lingkungan pengendapan
dimana tumbuhan pembentuk yang semasa hidupnya hanya tumbuh dari air hujan,
sehingga kadar abunya adalah asli (inherent) dari tumbuhan itu sendiri.b. Gambut topogenus yang kandungan airnya
berasal dari air permukaan. Jenis gambut ini diendapkan dari sisa tumbuhan yang
semasa hidupnya tumbuh dari pengaruh air permukaan tanah, sehingga kadar abunya
dipengaruhi oleh elemen yang terbawa oleh air permukaan tersebut.Daerah gambut topogenus lebih bermanfaat untuk lahan
pertanian disbanding dengan daerah gambut ombrogenus karena gambut topogenus
mengandung relative lebih banyak nutrisi. Kedua jenis gambut tersebut pada
hakikatnya secara megaskropis agak sukar didefinisikan secara pasti karena
kompleknya tahapan proses pembusukan.Komposisi gambut menentukan mutu dan
kegunaannya yang dipengaruhi oleh beberapa factor seperti kandungan zat
prganik, abu, bulk density, kandungan kayu, dll.
2.1.2 Daerah Penyebaran Gambut
Jumlah
areal gambut didunia diperkirakan 420 juta hectare atau mungkin lebih dari 500
juta hectare. Endapan gambut terdapat diseluruh dunia yang memenuhi syarat-syarat
yang memungkinkan pembentukan beriklim dingin dan sedang serta mempunyai sifat
presipitasi yang tinggi dan evaporasi yang rendah (Kalmari, 1982 dalam Endang
Suarka 1988). Supraptohardjo & Driessen (1976 dalam Endang Suarka 1988)
menyebutkan bahwa dalam daerah hutan lebat dengan curah hujan tinggi dan
pengaruh air tanah kurang akan membentuk gambut ombrogen, sedangkan gambut
topogen pembentukannya dipengaruhi air tanah. Indonesia diperkirakan mempunyai
cadangan gambut seluas 17 juta Ha.2.2 Proses
pembentukan Gambut secara umumLazimnya di dunia, disebut sebagai gambut
apabila kandungan bahan organik dalam tanah melebihi 30%; akan tetapi hutan-hutan rawa gambut di Indonesia umumnya mempunyai
kandungan melebihi 65% dan kedalamannya melebihi dari 50cm. Tanah dengan
kandungan bahan organik antara 35–65% juga biasa disebut muck.
Pertambahan lapisan-lapisan gambut dan
derajat pembusukan (humifikasi) terutama bergantung pada komposisi
gambut dan intensitas penggenangan. Gambut yang terbentuk pada kondisi yang
teramat basah akan kurang terdekomposisi, dan dengan demikian akumulasinya
tergolong cepat, dibandingkan dengan gambut yang terbentuk di lahan-lahan yang
lebih kering. Sifat-sifat ini memungkinkan para klimatolog menggunakan gambut sebagai indikator
perubahan iklim pada masa lampau. Demikian pula, melalui analisis terhadap
komposisi gambut, terutama tipe dan jumlah penyusun bahan organiknya, para ahli arkeologi dapat merekonstruksi gambaran ekologi pada masa purba.Pada kondisi yang tepat, gambut juga
merupakan tahap awal pembentukan batubara. Gambut bog yang terkini, terbentuk di wilayah lintang tinggi pada akhir Zaman Es terakhir, sekitar 9.000 tahun yang
silam. Gambut ini masih terus bertambah ketebalannya
dengan laju sekitar beberapa milimeter setahun. Namun gambut dunia diyakini
mulai terbentuk tak kurang dari 360 juta tahun silam; dan kini menyimpan
sekitar 550 Gt karbon.
2.3. Proses pembentukan Gambut di Aek Nauli (Kec.Dolok
sanggul)
Gambut terbentuk tatkala bagian-bagian
tumbuhan yang luruh terhambat pembusukannya, biasanya di lahan-lahan berawa, karena kadar keasaman yang tinggi atau kondisi anaerob di perairan setempat. Tidak
mengherankan jika sebagian besar tanah gambut tersusun dari serpih dan kepingan
sisa tumbuhan, daun, ranting,
pepagan, bahkan kayu-kayu besar, yang belum sepenuhnya membusuk. Kadang-kadang
ditemukan pula, karena ketiadaan oksigen bersifat menghambat dekomposisi, sisa-sisa bangkai binatang dan serangga yang
turut terawetkan di dalam lapisan-lapisan gambut.
Pada awalnya gambut didaerah aek
nauli sudah diketahui memiliki potensi gambut oleh masyarakat sekitarLokasi
gambut didaerah aek nauli ini merupakan suatu dataran rendah . Gambut didaerah ini diartikan sebagai batuan sedimen organik yang dapat terbakar berasal dari
tumpukan,hancuran,atau bagian dari tumbuhan yang terhumufikasi dalam keadaan
tertutup udara (dibawa air),tidak padat,kandungan air lebih dari75% dan
kandungan mineral <50% dalam kondisi kering.
2.3.1 Pemanfaatan gambut
Untuk daerah aek nauli pada umumnya
gambut dimanfaatkan hanya untuk sebagai dalam sektor pertanian.Digunakan untuk
menanam kopi,tanaman nenas dan tanaman palawija lainnya.Akan tetapi semakin
menuju jaman canggih,gambut kemudian berubah fungsi yaitu diatas gambut
didirikan bangunan sekolah .Dengan proses pertama yaitu gambut pertama kali
ditimbun supaya tidak terjadi genangan sehingga bangunan dapat berdiri dengan
kokoh.
Akan
tetapi sebelum itu,sebelum jaman berkembang gambut didaerah Aek nauli ini
pernah dijual oleh masyarakat yang dijadikan sebagai arang.Dengan proses yaitu
pertama kali gambut dikeringkan kemudian setelah kering diayak.Gambut tersebut
dapat bernilai ekonomis apabila gambut tersebut telah dikeringkan.Akan tetapi
kebiasaan itu tidak berlangsung lama karena masyarakat berfikir bahwa
gambut tersebut tersebut tidak memiliki
nilai jual yang tinggi.Selain dikarenakan metode pengambilan yang secara
tradisional dan juga harus bergotong royong maka masyarakat menghentikan
kebiasaan tersebut,dalam artian kegiatan itu tidak berlangsung lama dan tidak
diturunkan bagi generasi selanjutnya.Lahan gambut ini pernah ditawarkan oleh
pihak Pt.TPL.tbk (Toba Pulp Lestari) untuk diolah,namun masyarakat sekitar
tidak memberikan ijin,atau menolak penawaran tersebut,karena mereka berfikir
bahwa penawaran tersebut tidak memiliki keuntungan bagi masyarakatnya. Dari sekian luas daerah tersebut hanya sebagian saja
yang dikelola.Pada daerah ini gambut tersebut
sama sekali tidak dijamah oleh pemerintah,maka dari itu masyarakat
beranggapan bahwa lahan gambut yang mereka olah telah menjadi hak milik mereka
dan merupakan warisan dari sesepuh mereka. Menurut kepala desa daerah tersebut
lahan gambut didaerah tersebut belum memiliki pilar sehingga tidak memiliki
peta.Sebagai salah satu contoh kawasan gambut didaerah aeknauli telah dibangun
bangunan sekolah SMK N.1 POLLUNG.Disekitaran daerah tersebut masih dikelilingi
oleh gambut yang telah ditimbun.
2.3.2 Topografi
Khusus gambut didaerah Aek
nauli,sampai pada saat ini gambut didaerah tersebut tidak mereka pasarkan
ataupun diolah lagi.Secara umumnya gambut tersebut mereka diamkan,diamkan dalam
artian tidak dijamah lagi.Luas daerah yang memikili pootensi gambut yang
terdapat didaerah Aek nauli mencapai sekitar kurang lebih 300 hektar.Gambut
didaerah ini terletak didataran rendah,untuk pemanfaatannya bentuk gambut
didaerah ini telah dibentuk seperti bedeng-bedengan.Tujuan pembuatan bedeng
tesebut utuk membuat saluran air supaya kandungan air gambut tersebut sedikit
berkurang sehingga supaya lebih mudah dalam pemanfaatannya.berikut gambar
gambut yang ada didaerah Aek nauli (Kecamatan Dolok Sanggul):
2.4 Proses pembentukan Gambut
didaerah Nagasaribu (Kec.Lintong Nihuta)
Pada awalnya gambut yang terdapat pada
daerah Nagasaribu terbentuk akibat letusan gunung toba purba.letusan gunung merapi
tersebut mengandung batu lempung yang terendapkan,pada bagian yang
terendapkan tersebut terdapat lapisan
intermeable yang tidak dapat meneruskan air.akibat adanya lapisan intermeable
tersebut menjadikan gambut didaerah ini memiliki kandungan air yang cukup
tinggi.pada penampang gambut yang terdapat didaerah nagasaribu ini setelah
dilakukan penelitian ,lapisan awalnya berupa tufa toba,kemudian lapisan
intermeable dan paling atas adalah gambut.Karena terdapatnya lapisan intermeable
tersebut,maka masyarakat setempat membuat aliran air supaya lahan keterdapatan
gambut tersebut dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.Akan tetapi meskipun telah
dibuat aliran air tersebut apabila curah hujan tinggi maka lahan gambut
tersebut akan tetap tergenang dan akan berbentuk seperti danau.Ketebalan gambut
didaerah ini diperkirakan 2-5 meter.air yang terdapat disekitran lahan gmbut
tersebut berwarna merah,warna meraah tersebut diakibatkan oleh jenis kayunya
atau akar yang telah terendapkan dengan waktu yang sangat lama.
2.4.1 Topografi lahan gambut
Berikut adalah peta geologis daerah gambut
di daerah Nagasaribu dan juga Aek nauli.
Lahan gambut yang terdapat didaerah
nagasaribu ini terletak dalam dataran rendah,bagian utara dan di daerah Aek
nauli ini berada di dataran yang lebih tinggi. dari peta di atas tampak jelas daerah lahan gambut yang ada di
Kab.HUMBAHAS2.4.2 pemanfaatan gambut
Gambut didaerah ini cukup berbeda dengan
gambut yang berada pada daerah aeknauli,pada daerah aeknauli gambut nya hanya
sebentar gambut tersebut dimanfaatkan dan keberadaannya pun kurang diperdulikan
oleh masyarakat.Berbeda halnya dengan
didaerah nagasaribu,gambut didaerah ini sebelumnya pernah dimanfaatkan
masyaraakat dengan menjualnya sebagai bahan bakar kepada perusahaan yang
terdapat didaerah tersebut.kemudian perusahaan tersebut menginginkan untuk
mengolah secara sepihak,hal tersebut tidak diperbolehkan lagi oleh masyarakat
dan juga pemerintah setempat.Karena apabila hal tersebut dipenuhi
maka akan terjadi banjir,karena pada dasarnya gambut tersebut dapat menyerap
air dan juga gambut yang berada didaerah ini lebih kering dan juga lebih hitam
dibandingkan didaerah Aeknauli.Oleh karena itu maka gambut didaerah Nagasaribu
ini telah dibuat dalam undang2 perda yang mana daerah tersebut telah dijadikan
sebagai kawasan lindunng.sehingga tidak diijinkan pihak manapun mengelola
daerah tersebut tanpa ijin dari pemerintah setempat.Berikut ini beberapa gambar dari gambut
daerah Nagasaribu
2.5
Pembentukan Batubara dari GambutGambut : merupakan masa yang dihasilkan pada tahap
paling awal dari proses pembentukan batubara.Faktor-2 yang mempengaruhi pembentukan gambut :1.
Evolusi
tumbuhan : Jenis-jenis tumbuhan pembentuk batubara, mengalami
proses evolusi yang sangat panjang mulai
zaman Devon. Sisa tumbuhan pembentuk batubara kadang-kadang mudah
dikenal dibawah mikroskop. Sehingga bisa diketahui jenis tumbuhan dan umur
batubaranya.2
Iklim
v Iklim tropis
memungkinkan gambut yang terbentuk lebih banyak,
karena kecepatan pertumbuhan dari berbagai tumbuh-tumbuhan lebih besar, dan
variasi tumbuhan juga lebih banyak. Untuk daerah dengan
iklim tropis, maka temperatur air rawa lebih hangat dibanding temperatur air
rawa daerah iklim sedang, sehingga kecepatan tumbuh tanaman lebih besar
didaerah tropis serta menghasilkan tumbuhan dengan batang kayu besar-besar.
Akibatnya banyak lapisan batubara yang ketebalannya cukup besar. Akhir-akhir
ini banyak ditemukan lapisan gambut di daerah tripis dengan tebal > 30 m.
v Daerah dengan iklim sedang relative berkurang zat
haranya, sehingga kecepatan tumbuh juga berkurang.3.
PALEO GEOGRAFI DAN TEKTONIKPaleogeografi : merupakan cekungan kuno (rawa)
tempat terbentuknya batubara.Struktur tektonik–
Rawa gambut
di daerah subsidence menghasilkan batubara dengan banyak lapisan. Endapan
seperti ini biasanya terendapkan pada foredeep ( bagian depan pegunungan lipatan).
–
Ciri-ciri
khas batubara foredeep :
u Terdapat banyak lapisan batubara yang tipis ( >
2 m) dengan penyebaran yang luas, berselang-seling dengan sediment marin.Syarat terbentuknya formasi batubara : *
Kenaikan secara lambat muka air tanah ( penurunan dasar rawa lambat). *
perlindungan rawa terhadap pantai atau sungai. * Kalau muka
air tanah naik secara cepat (penurunan dasar rawa cepat) maka kondisi rawa akan berubah menjadi danau .
Pembentukan
BatubaraBatubara
adalah mineal organic yang dapat terbakar,terbentuk dari sisa tumbuhan purba
yang mengendap yang selanjutnya berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia
yang berlangsung selama jutaan tahun .
Batubara
merupakan
campuran dari beberapa macam zat ( zat organik, an organik dan air), yang
mengandung unsur-unsur carbon, hydrogen dan oksigen dalam suatu ikatan kimia
bersama-sama dengan sedikit sulfur dan nitrogen.
Oleh
karena itu,batubara termasuk dalam kategori bahan bakar fosil.Adapun proses
yang mengubah tumbuhan menjadi batubara tadi disebut dengan pembatubaraan(coalification). Factor
tumbuhan purba yang jenisnya berbeda –beda sesuai dengan jaman geologi yang
berlangsung kemudian akan menyebabkan terbentuknya batubara yang jenisnya
bermacam-macam.Oleh karena itu,karakteristik
batubara berbeda-beda sesuai dengn lapangan batubara(coal field) dan
lapisannya(coal seam). BAB IIIPENUTUP
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada
kedua daerah dikota Dolok Sanggul yaitu didaerah Aeknauli dan juga Nagasaribu
diperoleh kesimpulan bahwa:1.
Gambut didaerah Nagasaribu terbentuk dari hasil
aktivitas gunung api gunung toba purba,
2.
Pemanfaatan gambut didaerah Nagasaribu lebih
terarah,karena telah dijadikan sebagai kawasan hutan lindung,dan juga telah dibuatkan
dalam PERDA.
3.
Gambut pada daerah nagasaribu memiliki lapisan
penampang yang menjadikan gambut nya
lebih hitam dan lebih kering.
Gambut merupakan sisa-sisa tanah yang terbentuk dari hasil
pembusukan tumbuh-tumbuhan,Pada proses pembentukan gambut melibatkan proses anaerob
dan proses aerobic.komposisi gambut terdiri dari karbon (C), hydrogen (H), nitrogen (N)
dan oksigen (O)komposisi ini sama dengan komposisi dari Batubara.Akan tetapi
kandungan air gambut lebih banyak.Atau dalam artian kandungan dalam gambut
sebagian besar merupakan air.
Batubara
adalah mineral organic yang dapat terbakar,terbentuk dari sisa tumbuhan purba
yang mengendap yang selanjutnya berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia
yang berlangsung selama jutaan tahun .Batubara merupakan campuran dari
beberapa macam zat ( zat organik, an organik dan air), yang mengandung unsur-unsur
carbon, hydrogen dan oksigen dalam suatu ikatan kimia bersama-sama dengan
sedikit sulfur dan nitrogen.
DAFTAR PUSTAKA1.
http://marwa89.blogspot.com/aspek-aspek-kegiatan-dalam-pemanenan
Hutan. hutan
2. http://atdr.tdmrc.org:8084/jspui/bitstream/123456789/2998/1/Paneco_Konservasi
%20Hutan%20Rawa%20Gambut.pdf
3. Dinas kantor pertambangan dan energy Dolok sanggul Kabupaten
Humbang Hasundutan Sumatera utara,Indonesia4. Masyarakat sekitar daerah gambut
daerah Aek Nauli Dolok sanggul dan daerah Lintong Nihuta kec.Nagasaribu
5. http://marwa89.blogspot.com/aspek-aspek-kegiatan-dalam-pemanenan
Hutan